PENDAHULUAN
South Pacific
Commission yang merupakan langkah awal terbentuknya South Pacific Forum (SPF),
yakni forum tempat para pemimpin negara-negara di Pasifik bertemu dan menemukan
solusi terhadap masalah-masalah yang terjadi di kawasan Pasifik. Hasil dari
forum tersebut dapat dilihat dari hasil forum Brisbane tahun 1994 yang
mencerminkan kesadaran akan pentingnya pelestarian laut, hutan, dan sumber daya
alam lain.; forum Madang menghasilkan kesepakatan reformasi ekonomi yang
bertujuan untuk menstimulai perdagangan dan investasi, mengembangkan efisiensi
dan akuntabilitas sektor publik, serta menciptakan kondisi yang dapat
mengembangkan sektor privat. Dalam
hal kerjasama militer, forum ini menghasilkan perjanjian South Pacific Free
Zone Treaty – The Treaty of Ritonga tahun 2003. Dengan ditandatangani
perjanjian ini maka kawasan Pasifik akan terbebas dati tes-tes senjata nuklir.
Secara resmi organisasi ini dibentuk
tahun 1971, namun fondasinya telah diletakkan sejak tahun 1962 sampai tahun
1970, ketika para pemimpin masyarakat Pasifik Selatan telah berusaha untuk
mengurangi sifat penjajahan dari SPC (South Pasific Commision ) yang
didirikan oleh negara-negara bekas penjajah.Para pemimpin pasifik Selatan
sangat kecewa terhadap pihak kolonial yang tidak mengizinkan mereka untuk
mendiskusikan masalah-masalah politik yang mereka alami dalam SPC, sementara
mereka juga tidak mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mengubah aturan
mengenai pelarangan tersebut. kekecawaan tersebut melahirkan sebuah organisasi
ekonomi diantara negara/wilayah Pasifik Selatan, yangberada di luar SPC, dan
menamakan dirinya sebagai Pacific Island Producers’ Secretariat (PIPS),
yang kemudian mengubah namanya menjadi Pasific Island Priducers’ As.sociation
(PIPA). Organisasi tersebut dipandang sebagai cikal-bakal SPF.
1.1 Sejarah Terbentuknya South
Pacific Forum (SPF)
Forum
Kepulauan Pasifik didirikan sebagai
bagian dari program dekolonisasi di
Pasifik. Pada tahun 1947, kolonial enam pemerintah di Pasifik
Selatan mendirikan
Komisi Pasifik Selatan, yang
membahas perkembangan-tetapi
tidak politik-masalah. Dari pertengahan
1960-an, Ratu Mara, kepala
legislatif kolonial Fiji, gelisah
untuk mekanisme pulau negara-negara
untuk mengatasi masalah umum dari
perspektif regional dan memberikan mereka kolektif berat pandangan yang
lebih besar di masyarakat
internasional. Australia bersimpati
terhadap ide ini dan, bersama dengan
Kepulauan Cook, Fiji, Nauru, New Zealand,
Samoa dan Tonga, didirikan Forum Pasifik
Selatan yang pertama bertemu di Wellington,
Selandia Baru pada
tahun 1971. Organisasi Nama diubah
pada tahun 2000 ke Pasifik Forum
Kepulauan untuk lebih mewakili nya keanggotaan, yang sekarang termasuk
Negara baik
dari selatan dan utara Pacific. Selain masalah politik,
Forum pertemuan
telah sangat terfokus pada daerah
perdagangan dan isu-isu ekonomi.
Baru-baru
ini pemerintahan, baik dan keamanan
telah menjadi bagian dari Agenda
Forum. Dari 5-7 Agustus 1971, pertemuan pertama Forum Pasifik
Selatan diprakarsai oleh New Zealand dan diselenggarakan di Wellington, dengan
petugas dari tujuh negara termasuk Presiden Nauru, Perdana Menteri Samoa Barat,
Tonga dan Fiji, Perdana Menteri Cook Kepulauan, Menteri Australia Wilayah
Eksternal, dan Perdana Menteri Selandia Baru. Ini adalah diskusi pribadi dan
informal dari berbagai isu yang menjadi perhatian bersama, berkonsentrasi pada
hal-hal yang secara langsung mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat
pulau-pulau di Pasifik Selatan, mencurahkan perhatian khusus untuk perdagangan,
pengiriman, wisata pendidikan, dan. Setelah pertemuan ini diadakan setiap tahun
di negara-negara anggota dan wilayah pada gilirannya. Pada tahun 1999, Forum
Pasifik Selatan
yang ketiga puluh memutuskan untuk berubah menjadi Forum Kepulauan Pasifik,
dengan cara yang lebih luas dan formal diskusi dan organisasi. Segera setelah
pertemuan tahunan forum di tingkat kepala pemerintahan, Post Forum Dialog (PFD)
dilakukan pada tingkat menteri dengan mitra pembangunan PFD di seluruh dunia.
Pada tahun 1960-an, para pemimpin
Pasifik Selatan begitu kecewa memandang peranan SPC, yang tidak memberikan
peluang kepada mereka untuk membicarakan masalah-masalah politik. Kekecawaan
tersebut masih ditambah lagi dengan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi
dalam berhubungan dengan negara-negara kolonial, sekalipun untuk mengembangkan
perekonomian mereka. Pada akhir tahun 1964, sebuah delegasi Fiji dipimpin oleh
Ratu Mara, yang berangkat ke Selandia Baru untuk mengadakan negosiasi mengenai
kuota dan harga bagi produksi pisang dari Fiji, mengalami kegagalan. Kegagalan
tersebut mengilhami pimpinan delegasi bahwa suatu kekuatan tawar (bargaining)
yang lebih luas diperluakn untuk menghadapi negara-negara kolonial. Oleh
karena itu Fiji membangun kontak-kontak dengan Samoa Barat di awal tahun 1965,
yang menghasilkan kesepakatan pembentukan PIPS, dan keanggotaannya segera
meluas ke Tonga.
Ketiga negara ini pertama kali bersidang di Samoa Barat pada
bulan September 1965, dengan dihadiri oleh delegasi Kepulauan Cook yang bertindak
sebagai Observer. Pada pertemuan kedua di Suva (Fiji), bulan februari
tahun 1967, diputuskan bahwa tugas-tugas sekretariat PIPS dialihkan dari bagian
pemasaran, departemen pertanian Samoa Barat, kepada Departemen Sumber Daya Alam
Fiji, dan belum membentuk suatu sekretariat tetap. Pada pertemuan ketiga di
Nuku’alofa (Tonga), 1968 ruang lingkup organisasi ini bertambah denagn
keanggotaan Niue dan kepulauan Cook, yang menyatakan kesediannya untuk berbagi
beban pembiayaan sebuah sekretariat tetap.
Dengan keputusan untuk membentuk sebuah Sekretariat Tetap,
organisasi tersebut mengubah namanya menjadi PIPA, dan fokus perdagangannya
juga diperluas dengan tidak hanya memasarkan pisang. Sekretariat Tetap
ditempatkan di Suva, karena merupakan pusat perdagangan Pasifik Selatan, dan
juga karena Fiji menyumbang lebih dari setengah anggaran organisasi tersebut.
PIPA terus mengembangkan anggotanya dengan menerima Kepulauan Gilbert dan
Ellice di tahun 1971. Dalam perkembangan lebih lanjut, PIPA tidak hanya memperjuangkan
kepentingan para importir buah-buahan, tetapi memperluas ke dalam promosi
pemasaran barang-barang kerajinan dan perikanan. Organisasi ini menekankan
pentingnya kualitas barang-barang dalam rangka mencari harga yang lebih baik
dan mempelajari perkembangan ekonomi dunia dalam rangka pemasaran barang-barang
produksinya. Secara politis, negara-negara naggota PIPA memiliki bargaining
position yang cukup berpengaruh dalam memperjuangkan kepentingannya.
Suatu perkembangan menarik terjadi pada pertemuan PIPA ke-6
di bulan April 1971. Peristiwa inilah, yang kemudian, dipandang sebagai
lahirnya gagasan pembentukan SPF. Di sela-sela acara resmi, terjadi sebuah
petemuan informal antara Ratu Mara dari Fiji, Pangeran Tu’ipelehake dari Tonga,
Tamasese Lealofi (Samoa Barat), dan Albert Henry (kepulauan Cook). Pada
mulanya, keempat pemimpin negara kepulauan itu membahas mengenai kegagalan
negara/wilayah kepulauan dalam sidang SPC tahun 1970. Dalam sidang Konferensi
tahun 1970, negara-negara kepulauan mengusulkan perubahan aturan SPC untuk
mengizinkan adanya perbedaan politik dalam SPC. Oleh karena itu, dalam
pertemuan informal diantara keempat pemimpin dari wilayah Polinesia tersebut
terlontar pemikiran mengenai perlunya suatu forum bagi negara-negara merdeka di
Kepulauan Pasifik. Gagasan ini dibawa oleh ratu Mara kepada PM Selandia Baru,
Keith Holyoake, sambil meminta kesedian Selandia Baru menjadi tuan rumah bagi
pertemuan negara-negara merdeka di Pasifik Selatan. selandia Baru menyambut
baik gagasan ini, dan pada bulan Agustus 1971 para kepala negara/pemerintahan
di Pasifik Selatan, seperti Fiji, Tonga, Nauru, Samoa Barat, Kepulauan Cook,
dan Australia di undnag ke Wellington, Selandia Baru, untuk membentuk SPF. Sementara itu, dengan semakin
berkembangnya SPF, maka peranan PIPA menjadi semakin surut. Pada tahun 1973,
timbul pemikiran-pemikiran untuk menyatukan langkah dan gerak perjuangan
PIPA ke dalam SPF, sehingga di athun 1974 PIPA menyerahkan fungsinya dan
melebur organisasinya ke dalam badan Biro Kerjasama Ekonomi dari SPF, yaitu South
Pasific Bureau for Economic Co-operation (SPEC), yang dibentuk tahun 1972
dan sejak 1988 bernama Forum Secretariat (FS).
1.2 Dinamika Terbentuknya South Pacific Forum (SPF)
Pada dasarnya inisiatif Selandia Baru, Fiji, Samoa,
Tonga, Nauru, Kepulauan Cook dan Australia mengadakan konferensi 7-partai
Kepulauan Pasifik di Wellington, ibukota Selandia Baru dari 5 sampai 7 Agustus
1971. Konferensi ini secara resmi membentuk Forum Kepulauan Pasifik dan
memutuskan untuk mengadakan konferensi setiap tahunnya. Anggota nya terdiri
dari
16 negara anggota (daerah), yaitu, Australia, Selandia Baru, Fiji, Papua
Nugini, Samoa, Tonga, Kiribati, Vanuatu, Federated States of Micronesia,
Kepulauan Cook, Kepulauan Solomon, Nauru, Tuvalu, yang Kepulauan Marshall,
Palau dan Niue. Kepala Organisasi: Sekretaris Jenderal saat Forum adalah
Mr Noel Levi yang terpilih pada bulan September 1997 dan mulai menjabat pada
Januari 1998, memenangkan masa jabatan kedua pada November 2000. Deputi
Sekretaris Jenderal saat ini adalah Mr Iosefa Maiava yang diangkat pada bulan
Desember 1998 untuk masa jabatan dua tahun. Kantor Pusat: The Pacific Islands
Forum Sekretariat terletak di Suva, ibukota Fiji.
The South Pacific Biro Kerjasama
Ekonomi (SPEC) didirikan sebagai organisasi yang berdiri pada tahun 1972, dan
namanya diubah menjadi "Forum Pasifik Selatan Sekretariat" pada tahun
1988. Sekretaris Jenderal dipilih oleh wakil-wakil dari pemerintah negara
anggota Forum, dan bertanggung jawab l ngsung kepada anggota Forum untuk
masa jabatan tiga tahun, Wakil Sekretaris Jenderal diangkat oleh kontrak, yang
bertanggung jawab untuk membantu Sekretaris Jenderal selama dua tahun
panjang. Di bawah Sekretaris Jenderal dan Deputi Sekretaris Jenderal
terdapat empat divisi: Politik dan Hubungan Internasional Divisi, Divisi
Perdagangan dan Investasi, Pengembangan dan Divisi Kebijakan Ekonomi dan
Corporate Divisi Jasa dengan direktur di divisi masing-masing. Ada anggota
staf sekitar tujuh puluh di markas Sekretariat Forum. Ada Komisi
Perdagangan di Sydney dan Auckland masing-masing, dan Kepulauan Pasifik Centre
didirikan di Tokyo. Forum Kepulauan Pasifik Sekretariat dan tujuh berikut
organisasi yang relatif independen merupakan Dewan Organisasi Daerah di Pasifik
(TANAMAN, sebelumnya bernama SPOCC, Pasifik Selatan Organisasi Koordinasi
Komisi) yang permanen Ketua adalah Sekretaris Jenderal Forum: Forum Perikanan
Badan (FFA), Kepulauan Pasifik Development Programme (PIDP), Pasifik Selatan
Regional Environment Programme (SPREP), Pasifik Selatan Terapan Geo-ilmu Komisi
(SOPAC), Sekretariat Komunitas Pasifik Sekretariat (SPC), Pasifik Selatan
Tourism Organization (SPTO, sebelumnya TCSP, Dewan Pariwisata Pasifik Selatan)
dan University of South Pacific (USP). Australia dan Selandia Baru masing-masing
memberikan sepertiga dari anggaran, dan negara-negara pulau melakukan
sisanya. Forum ini menerima hibah dari mitra dialognya.
Kegiatan utama SPC mrupakan forum memegang pertemuan kepala
pemerintahan anggota dengan tempat berpindah di antara negara-negara anggota
(daerah). Sejak berdirinya, 30 sesi Rapat Summit Forum telah
diselenggarakan (dua kali pada tahun 1972). Sesi 30 Rapat Summit Forum
pada tahun 1999 memutuskan untuk mengubah nama "Pasifik Selatan
Forum" untuk "Kepulauan Forum Pasifik", efektif sejak sesi
berikutnya dari Rapat Forum Summit. Sesi 31 Rapat Summit Forum pada tahun
2000 diselenggarakan di Kiribati, dan KTT melewati Komunike Forum, menyatakan
bahwa setelah perubahan nama Forum, Perjanjian baru Pembentukan Forum Kepulauan
Pasifik Sekretariat diadopsi dan dibuka untuk ditandatangani, dan mengeluarkan
"Biketawa Deklarasi" mengklaim bahwa Security Forum Kerjasama Sistem
didirikan terhadap gejolak yang mungkin di beberapa negara anggota di masa
depan. KTT juga memutuskan untuk mengizinkan Sekretaris Jenderal saat Mr
Noel Levi memiliki masa jabatan kedua di kantor. Sejak 1997, Forum telah
mengadakan Rapat Menteri Ekonomi tahun sebelum KTT sehingga untuk
mengkoordinasikan dan memfasilitasi reformasi ekonomi di negara-negara anggota.
Sejak tahun 1989, Forum memutuskan
untuk mengundang negara-negara seperti China, Amerika Serikat, Inggris,
Perancis, Jepang, dan Kanada untuk menghadiri Dialog Post-Forum. Pada
tahun 1991, Uni Eropa telah diterima sebagai salah satu mitra dialog. Pada
tahun 1995, Republik Korea juga mengakui. Seperti Perancis mengumumkan
untuk memulai tes nuklir di Pulau Moruroa dari Kepulauan Polinesia Perancis
pada bulan Juni 1995, Rapat Forum 26 Summit kehilangan Perancis kemitraan
dialognya.Pada tanggal 5 September 1996, Prancis menyatakan untuk menghentikan
uji coba nuklir yang permanen di wilayah Pasifik Selatan. Pertemuan Forum
27 Summit mengeluarkan sebuah resolusi untuk mengembalikan kemitraan dialog
Perancis. Pada tahun 1997, Malaysia ini mengaku sebagai salah satu mitra
dialog. Pada tahun 1999, Filipina juga mengaku sebagai mitra
dialog. Saat ini, Forum memiliki 10 mitra dialog formal. Pada tahun
1999, Kaledonia Baru secara resmi diterima sebagai Observer ke Forum Kepulauan
Pasifik. Keputusan yang dilaksanakan oleh Sekretariat Forum Kepulauan Pasifik
(PIFS), yang tumbuh keluar dari Biro Pasifik Selatan untuk Kerjasama Ekonomi
(SPEC). Serta peran dalam menyelaraskan posisi daerah pada masalah politik dan
berbagai kebijakan, Sekretariat Forum memiliki program teknis dalam ekonomi,
transportasi pembangunan dan perdagangan. Forum Kepulauan Pasifik Sekretaris
Umum adalah Ketua tetap Dewan Organisasi Daerah di Pasifik (TANAMAN).
Australia dan Selandia Baru umumnya
lebih besar dan lebih kaya dari negara-negara lain yang membentuk sisa forum,
penduduk Australia adalah sekitar dua kali lipat dari 15 anggota lainnya
digabungkan dan ekonomi adalah lebih dari lima kali lebih besar. Mereka adalah
donor bantuan yang signifikan dan pasar besar untuk ekspor dari negara-negara lain.
Pasukan militer dan polisi serta personil sipil dari Forum negara, terutama
Australia dan Selandia Baru, baru-baru ini menjadi bagian dari operasi penjaga
perdamaian regional dan stabilisasi di negara-negara lain, terutama Kepulauan
Solomon (2003 -), Nauru (2004-2009), dan Tonga (2006). Upaya regional seperti
yang diamanatkan oleh Deklarasi Biketawa, yang diadopsi pada KTT 31 pemimpin
Forum Pasifik Kepulauan, diadakan di Kiribati pada Oktober 2000.
Pada bulan September 2011, wilayah AS Samoa Amerika, Guam dan Kepulauan Mariana Utara diberikan status pengamat di Forum Kepulauan Pasifik. Negara anggota PIF meliputi 16 negara yaitu: Australia, Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, Kiribati, Marshall Islands, Nauru, Niue, Palau, Papua Nugini, Samoa, Selandia Baru, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, Vanuatu. South Pasific Forum (SPF) adalah satu-satunya organisasi regional diantara negara-negara merdeka dikawasan tersebut yang paling berperan di dunia internasional saat ini. SPF merupakan forum pertemuan diantara para pemimpin negara merdeka di kawasan tersebut. kepentingan-kepentingan serta aspirasi-aspirasi yang tumbuh di negara-negara Pasifik Selatan menjadi sangat bermakna dan dapat diperjuangkan melalui organisasi ini.
Pada bulan September 2011, wilayah AS Samoa Amerika, Guam dan Kepulauan Mariana Utara diberikan status pengamat di Forum Kepulauan Pasifik. Negara anggota PIF meliputi 16 negara yaitu: Australia, Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, Kiribati, Marshall Islands, Nauru, Niue, Palau, Papua Nugini, Samoa, Selandia Baru, Solomon Islands, Tonga, Tuvalu, Vanuatu. South Pasific Forum (SPF) adalah satu-satunya organisasi regional diantara negara-negara merdeka dikawasan tersebut yang paling berperan di dunia internasional saat ini. SPF merupakan forum pertemuan diantara para pemimpin negara merdeka di kawasan tersebut. kepentingan-kepentingan serta aspirasi-aspirasi yang tumbuh di negara-negara Pasifik Selatan menjadi sangat bermakna dan dapat diperjuangkan melalui organisasi ini.
Sekalipun terdapat satu atau dua
perbedaan seperti mengenai luas tanah dan jumlah penduduk namun organisasi ini
dapat terbentuk oleh adanya berbagai kesamaan diantara negara-negara yang ada
di kawasan tersebut. Persamaan-persamaan yang terpenting adalah bahwa
negara-negara tersebut sama-sama memiliki pengalaman sebagai wilayah jajahan.
Semua negara Pasifik Selatan adalah bekas jajahan Inggris, Prancis, Asru,
Australia atau Selandia Baru. Perekonomiannya bergantung pada sektor pertanian
yang subsistem. Sekalipun tanah di kawasan tersebut pada umumnya subur dan
terdapat wilayah-wilayah yang dapat dimanfaatkan bagi produksi pertanian, namun
perkembangan dan diversifikasi pertanian di masa depan masih terlambat oleh
transportasi pelayaran yang kurang dapat dipercaya. Angin topan tahunan,
beberapa penyakit tropis, ketidakpastian musim hujan, kurangnya jaminan pasar,
berfluktuasinya harga produk ekspor mereka, ketiadaan atau lemahnya
penelitian dan perluasan jasa-jasa adalah beberapa maslah lainnya yang
sama-sama dirasakan oleh negara-negara tersebut. Selain daripada itu, organisai tersebut juga lahir
karena adanya persentuhan budaya yang sama diantara negara-negara tersebut,
serta terdapatnya proksimitas geografis. Semua persamaan ini melahirkan suatu
kesadaran regional di kalangan pemimpin-pemimpin di kepulauan Pasifik, terutama
mereka yang memiliki pendidikan, pengalaman dan kepercayaan diri untuk
mengurangi ketergantungan terhadap kekuatan-kekuatan bekas penjajah, di dalam
pergaulan dunia internasional.
Dengan kata lain, dari para pemimpin di Kepulauan Pasifik,
yang berpendidikan dan berpengalaman ini, lahirlah suatu ideologi pan-pacific,
yang diharapkan dapat menjadi suatu kekuatan dalam menangani maslah-masalah
bersama yang dirasakanoleh negara-negara tersebut. melalui organisasi regional
ini, mereka mengharapkan agar kepentingan-kepentingan dan aspirasi bersama
mereka akan lebih diperhitungkan ataupun didengar oleh dunia internasional. Sebaliknya mereka juga menyadari
bahwa kepentingan-kepentingan dan aspirasi mereka tidaklah mungkin dapat
tercapai secara maksimal, bila diperjuangkan secara sendiri-sendiri. Oleh
karena itu, dapatlah dikatakan bahwa SPF merupakan organisais regional yang
memperjuangkan kepentingan-kepentingan dan aspirasi politik dan ekonomi bagi
negara-negara kawasan Pasifik Selatan di dunia internasional.
PEMBAHASAN
2.1
Peranan
South Pacific Forum (SPF)
Tujuan dari terbentuknya SPF ialah Untuk meningkatkan kerjasama dan
koordinasi di antara negara-negara Pasifik Selatan (daerah) dalam bidang-bidang
seperti perdagangan, pembangunan ekonomi, penerbangan, transportasi laut,
telekomunikasi, energi, pariwisata, pendidikan dan isu-isu lain yang menjadi
perhatian bersama. Dalam beberapa tahun terakhir, Forum telah secara
bertahap berkembang menjadi sebuah organisasi regional dengan fungsi koordinasi
kebijakan luar negeri dan memperkuat kerjasama regional. Peranan utama SPF yaitu sebagai
kekuatan politik dan ekonomi regional di kawasan Pasifik Selatan, serta
perkembangan berbagai cabang organisaisnya. Pada saat ini South Pasific
Commision, merupakan salah satu organisasi regional yang didirikan oleh
negara bekas penjajah namun ini tidak memiliki arti politis bagi negara-negara
kawasan tersebut. namun, SPC mwmiliki kontribusi yang cukup besar bagi
negara-negara dan atau wilayah-wilayah di kawasan tersebut. tak diragukan bila
dikatakan bahwa semua negara anggota SPF adalah juga anggota dari SPC.
Beberapa institusi yang dihasilkan
SPC sangat diminati dan bermanfaat bagi masyarakat Kepulauan Pasific sampai
saat ini. Selain itu, terdapat beberapa negara pasifik selatan, terutama yang
pulaunya kecil, tersebar dan miskin sumber alam, memasuki kerjasama regional
dalam SPF sebagai komplemen pembangunan ekonominya, yang sebagian besar dapat
dipenuhi oleh SPC. Bahkan diantara kedua organisasi SPF dan SPC terjadi suatu
kerjasama yang positif, terutama dalam menangani masalah lingkungan di kawasan
tersebut, dengan membentuk South Pacific Regional Envirenment Program (SPREP).
2.2 Perkembangan South Pasific Forum (SPF)
Sejak didirikan pada tahun 1971, SPF mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Kenaggotaannya meluas sehubungan dengan munculnya
negara-negara baru merdeka dikawasan tersebut. selain ketujuh negara pendiri,
seperti Niue, PNG, Kiribati, Tuvalu, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu, bergabung
kedalamnya dekade 1970an, terutama setelah mereka memperoleh status
berpemerintahan sendiri atau merdeka. Pada tahun 1987, FSM dan Kepulauan
Marshall menjadi anggota penuh organisasi tersebut, yang menjadikan organisasi
ini beranggotakan 15 negara Pasifik Selatan. sejak pertama kali dibentuk telah
disepakati bahwa SPF merupakan forum pertemuan tahunan dari semua kepala negara
dan kepala pemerintahan dari negara-negara merdeka dan berpemerintahan sendiri
di Pasifik Selatan.
Cara bekerja SPF lebih mencerminkan norma-norma tradisi yang
berlaku dalam masyarakat kawasan pasifik. Misalnya saja, sejak didirikannya,
tidka ada satupun konstitusi tertulis atau perjanjian yang bersifat
internasional yang mengatur kegiatan-kegiatan SPF. Dan tidak ada aturan main
yang resmi, yang menyangkut maksud dan tujuan organisasi, keanggotaan, dan
peraturan tata-tertib sidang. Keputusan-keputusannya pun selau ditetapkan
dengan jalan musyawarah untuk mencapai mufakat, sedangkan penggunaan
voting selalu dihindarkan. Meskipun demikian, SPF selalu mengeluarkan komunike
setiap akhir pertemuan.
Dengan demikian, jelas bahwa SPF merupakan suatu
pengelompokkan politik di antara negara-negara merdeka di kawasan Pasifik
Selatan. peneglompokkan ini sangat penting sebagai sarana untuk memeproleh
posisi tawar yang kuat dalam berhubungan dengan negara-negara lainnya. Hal ini
terutama ditujukan untuk memperjuangkan kelemahan-kelemahan mereka dalam bidang
ekonomi. Permasalahan pembangunan ekonomi serta masalah-masalah yang berkaitan
denganekonomi menjadi topik utama dalam pembicaraan diantara para pemimpin
negara kawasan tersebut. hal ini tercermin dalam komunike bersama yang
dikeluarkan setiap tahunnya, dimana sebagian besar butir pernyataan komunike
tersebut berkisar pada persoalan ekonomi. Selain itu, organisasi-organisasi
teknis yang dibentuk sebagai hasill kesepakatan juga bekerjasama dengan
universitas-univesitas Australia, Selandia Baru dan AS, mengadakan kegiatan
pelatihan untuk meningkatkan keahlian bagi perangkat kelautan lokal dalam
mendukung pelaksanaan program-program kelautan masing-masing. Sampai tahun
1989, organisasi ini telah berhasil menemukan potensi-potensi sumber mineral di
kawasan Pasifik Selatan.
Sejak dibentuknya tahun 1972 forum Secretariat (FS),
telah berhasil menyumbangkan kepada keefektifan kerjasama ekonomi regional
diantara negara-negara forum. Tujuan dasar organisasi ini adalah untuk
mendorong dan memajukan kerjasama regional dalam pembangunan negara-negara
forum, dan berhubungan erat dengan negara-negara yang telah berkembang
industrinya di kawasan ini, seperti Australia dan Selandia Baru. Semua anggota
forum tidak mau ketinggalan untuk menjadi anggota FS. Tugas utamanya adalah
untuk mengembangkan perekonomian regional, yang antara lain dengan cara membuat
studi terperinci mengenai perekonomian negara-negara kepulauan, dan
mengidentifikasi bidang-bidang yang dapat dikembangkan, seta bagi perluasan
perdagangan ekspor. Dalam melaksanakan tugasnya, sebegitu jauh FS telah berhasil
mengkoordinasikan ebrbagai proyek antar-pemerintah dan mewujudkan ke dalam
suatu bentuk kerjasama regional diantara negara-negara anggotanya. Sebagian
besar proyek yang ditanganinya telah dihasilkan, sekalipun secara bertahap.
Misalnya saja, pembentukan PFL (1977), FFA (1979), SPARTECA (1980), dan
lain-lain. The South Pacific Regional Trade
and Economic Co-operation Agreement (SPARTECA) adalah non- perjanjian
perdagangan timbal balik di mana kedua negara-negara maju dari Forum Pasifik
Selatan, Australia dan Selandia Baru bertugas penawaran gratis dan tak terbatas
atau akses konsesional untuk hampir semua produk yang berasal dari negara-negara
berkembang kepulauan anggota Forum, selanjutnya disebut Forum Pulau Negara (FICs). SPARTECA
ditandatangani oleh anggota Forum paling Pertemuan Kesebelas Forum di Kiribati
pada 14 Juli 1980. Ini mulai berlaku
untuk FICs kebanyakan dari 1 Januari, 1981.
Dengan
bergabungnya anggota baru ke Forum, daftar saat penandatangan FIC ke SPARTECA
termasuk Cook Islands, Federated States of Micronesia, Fiji, Kiribati,
Kepulauan Marshall, Nauru, Niue, Papua
New Guinea, Kepulauan Solomon, Tonga, Tuvalu, Vanuatu dan Samoa Barat. Perjanjian ini mencakup ketentuan untuk umum
ekonomi, komersial dan teknis kerjasama, menjaga ketentuan yang berkaitan
dengan barang yang dibuang dan disubsidi dan suspensi dari kewajiban, dan
ketentuan pengecualian umum dan tugas pendapatan. Perjanjian ini juga
menyediakan untuk khusus pengobatan dan bantuan yang akan diberikan kepada
negara-negara pulau kecil (SICs) yaitu Cook Islands, Kiribati, Nauru, Niue,
Tonga, Tuvalu dan Samoa Barat.
2.3 Masalah dan Potensi South Pacific Forum
Dalam
South Pacific Forum ini sudah banyak
yang diraih
sebagai organisasi regional. Sejak didirikan pada tahun 1971, PIF (sebelumnya Forum Pasifik
Selatan, dan biasanya disebut hanya sebagai Forum) telah menjadi jalan utama
bagi negara-negara pulau kecil Oseania ke menegaskan suara kolektif mengenai
isu-isu internasional utama, sehingga memperkuat mereka suara dan dampaknya. Ia telah
melalui Forum yang pada posisi nuklir pengujian, perubahan iklim, perikanan,
dan keamanan lainnya atau lingkungan masalah telah diartikulasikan dan
didorong di arena internasional. Pola kerjasama yang dikembangkan antara
negara-negara di Oceania mapan dan harus memberikan banyak pelajaran
bagi daerah lain. Di sisi lain, banyak kritikus melihat Forum sebagai
contoh potensi yang belum direalisasi, dari organisasi tak berujung (dan tidak
berguna) diskusi, di mana pembicaraan telah menggantikan tindakan sebagai ukuran efektivitas. Forum
tersebut, ia berpendapat, telah menolak untuk mengambil langkah berikutnya dalam evolusi,
dari organisasi regional untuk daerah masyarakat. Hal-hal yang
dibanggakan
dari Forum ini
sering dikreditkan ke
menyeluruh yang filosofi 'Way Pasifik'. Michael Haas telah disebut Jalan
Pasifik a sistem 'kompromi bulat,' di mana setiap orang mengorbankan
sesuatu untuk manfaat keseluruhan dari seluruh dan semua keputusan yang
dibuat oleh konsensus.
Meskipun banyak pejabat pemerintah
telah dianggap berasal dari Jalan Pacific warisan memperluas precolonial, precontact
kali, pengembangan sebenarnya lebih
akurat
dilacak setelah Perang Dunia II. Kolonial kekuasaan wilayah (Amerika Serikat, Perancis,
Belanda, Inggris, Australia dan Selandia Baru)
menyelenggarakan konferensi 'Laut Selatan' pada tahun 1947 dan mengembangkan organisasi untuk
kesejahteraan kepemilikan mereka. Organisasi disebut Pasifik Selatan Commission
(SPC, atau hanya Komisi) dan itu dirancang untuk memberikan
saran teknis tentang isu-isu ekonomi dan sosial.
Diskusi 'politik' masalah tetap
dilarang di bawah ini SPC charter, dan pertemuan semula hanya
mencakup kekuasaan administrasi dari daerah. Perwakilan dari
pulau-pulau bertemu dengan kekuasaan administrasi triennially pada 'Konferensi Pasifik
Selatan' di mana pulau-pulau mampu membuat pandangan mereka diketahui
tentang kebijakan yang diprakarsai oleh SPC, tapi ini hampir pasti setelah
fakta. (Rapat Komisi dan Konferensi bahkan tidak terjadi pada waktu yang
sama di tahun-tahun Konferensi bertemu).
Ketika
Samoa Barat merdeka pada tahun 1964, sebuah pertanyaan muncul untuk
di
mana ia harus ditempatkan-harus tetap dalam Konferensi (dan pada dasarnya
punya
suara) atau menjadi anggota penuh dari Komisi? Yang akhirnya
Keputusan
itu untuk memberikan keanggotaan Samoa Barat di kedua organisasi, tetapi ini menimbulkan pertanyaan untuk
masa depan. Kekhawatiran meningkat bahwa sisa pulau akan mencari kemerdekaan 'terlalu
cepat' dalam rangka untuk mendapatkan keanggotaan penuh ke dalam SPC.
Masalah utama yang mengandung perdebatan sejak awal pembentukan
organisasi ini adalah masalah keanggotaan. Setelah atu tahun setelah
terbentuknya SPF, atas dukungan Australia, PNG bermaksud menjadi anggota forum
secepat mungkin, sebelum dilaksanakan pertemuan SPF ke-3 di Suva, Fiji (1973).
Padahal ketika itu, PNG belum memperoleh status otonomi internal sebagai
sesuatu langkah untuk mencapai kemerdekaan. Pada bulan-bulan antara pertemuan
ke-2 di Canverra dan ke-3 yang akan berlangsung di Suva, terjadi perdebatan
mengenai soal keanggotaan antara Fiji dan PNG. PM Fiji Ratu Mara berpendapat
bahwa sekalipun wilayah tersebut sudah memperoleh status berpemerintahan
sendiri, wilayah tersebut belum berhak menjadi anggota SPF. Karena, status
tersebut belum menjamin sampai tahap terakhir dari perkembangan politik yang
terjadi di PNG, sebagaimana status berpemerintahan sendiri yang telah diperoleh
negara Kepulauan Cook.
Masalah keanggotaan muncul kembali ketika Kiribati diakui
sebagai anggota penuh pada pertemuan SPF di tahun 1977, sekalipun wilayah
tersebut belum memenuhi persyaratan yang ditentukan padad pertemuan SPF di Suva
tahun 1973. Pemerintah Fiji kembali menegaskan bahwa tindakan ini merupakan
preseden yang sangat membahayakan, karena hal ini dapat memberikanpeluang bagi
Prancis atau AS untuk memperoleh hak untuk memasuki forum karena
proksimitasnya, karena beberapa wilayah mereka dapat mengklaim dirinya telah
memperoleh sattaus pemerintahan-sendiri, sebagaimana yang telah diperoleh
Kiribati. Masalah keanggotaan ini kemudian diserahkan kepada SPEC agar
mempelajari implikasi dari persoalan tersebut, dan melaporkannya pada pertemuan
di Niue.
Masalah lainnya yang terdapat dalam SPF adalah masalah persaingan antara kelompok Melanisia-Polinesia. Seperti diketahui negara pendiri SPF berpusat dii wilayah Polinesia, yaitu Fiji, Tonga dan Samoa Barat. Ketiga negara ini sepanjang sejarahnya dikenal sebagai wilayah yang masyarakatnya bersifat elitis, bahkan sebelum adanya kontak dengan orang-orang Eropa. Sementara pertumbuhan SPF ccenderung untuk menggantikan inti dari kekuatan regional di Pasifik Selatan, dari Polinesia kepada Melanesia. Kemerdekaan PNG (1975), dan kepulauan Solomon (1978) telah memberikan predominasi bagi populasi, kepentingan dan sumber-sumber Melanesia di dalam SPF. Perkembangan ini dengan semakin nyata dengan diterimanya Vanuatu sebagai anggota penuh SPF di tahun 1980.
Masalah lain yang masih mengganjal di dalam SPF adalah
maslah perdagangan. Sejak awal dibentuknyay SPF di tahun 1971, negara-negara
kepulauan sangat prihatin terhadapa masalah perdagangan mereka. Sekalipun
berbagai upaya telah dilakukan, namunmereka belum berhasil meningkatkan volume
perdagangan mereka. Pada tahun 1980, berkat abntuan Amerika dan Selandia Baru,
negara-negara kepulauan mengadakan perjanjian SPARTECA. Perjanjian yang ,mulai
berlaku sejak tanggal 1 Januari 1981, pada intinya memberikan akses masuk bagi
barang-barang dari negara kepulauan ke pasar-pasar Selandia Baru dan Australia.
Dengan ini, merekak mengharapkan Australia dan Selandia Baru menjadi pintu
gerbang bagi produk-produk asal negara-negara kepulauan Pasifik Selatan.
Namun setelah perjanjian tersebut berlangsung sekitar 8
tahun, volume perdagangan antar negara kepulauan Pasifik Selatan dengan
Australia dan Selandia baru tetap tidak menunjukkan peningkatan. Secara garis
besar, kecuali dengan PNG, total perdagangan antara Australia dengan
negara-negara SPF berkisar kurang 1%, demikian pula perdagangan mereka dengan
Selandia Baru. Oleh karena itu, pada tahun 1987 Australia dan Selandia Baru mengadakan
liberalisasi perdagangan, baik dengan cara menurunkan tarif, bebas kuota dan
lain-lain, bagi semua produk yang dihasilkanoleh negara-negara kepulauan. Hak
ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan ekspor negara-negara kepulauan di
kedua negara tersebut. sementara untuk lebih menjamin pemasaran dan promosi
barang-barang di Pasifik Selatan, Australia dan Selandia Baru mendanai
pemebntukan South Pacific Trade Office (SPTO), masing-masing di sydney
dan Auckland, pada 1988. Di samping itu, kedua negara tersebut juga memberikan
dana bagi promosi barang-barang produksi negara-negara kepulauan melalui dana
pendukung pemasaran (Marketing Support Fund).
Dalam pada itu, masalah lainnya yang sering dianggap sebagai
sumber dari sleuruh persoalan perdagangan di atas adalah kurangnya modal yang
dimiliki oleh anggota SPF dalam meningkatkan ekspornya. Selruuh anggota SPF,
kecuali Nauru dan Fiji, sangat tergantung pada bantuan luar negeri khususnya
yang berasal dari negara tetangga terdekatnya (Australia dan Selandia Baru).
Terlebih lagi sebagian besar dana bantuan luar negeri tersebut dihabiskan untuk
membiayai anggaran belanja pemerintahan di negara masing-masing. Sekalipun belum berhasil dalam
bidang perdagangan internasional, namun negara-negara Pasifik Selatan telah memperoleh
berbagai manfaat dari kerjasama tersebut. antara lain misalnya mereka dapat
memanfaatkan pendidikan dan pelatihan di bidang perdagangan, promosi
perdagangan, job training, dan lain sebagainya yang dikembangkan dalam
kerjasama tersebut.
2.4 Peran SPF dalam Pembentukan Ekonomi Negara-negara Anggotanya
Peranan Pacific Island Forum Dalam keberadaannya di
kawasan Oceania, Pacific Island Forum (PIF) memberikan peranan
untuk perkembangan kawasan tersebut dalam berbagai program diantaranya di
dalam dua bidang yaitu; Ekonomi, dan Politik dan Keamanan, serta membentuk
program koordinasi dan kemitraan yangstrategis dengan berbagai pihak. Ekonomi Program PIF dalam bidang
ekonomi bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
pembangunan berkelanjutan di kawasan Oceania. Sebagai respon terhadap kapasitas
nasional yang terbatas dan suatu lingkungan internasional yang semakin
kompleks, fokus dariprogram adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai
tantangan yang dihadapi kawasan inidan menggunakan keahlian untuk membantu
Anggota dalam pengembangan intervensi nasional, sub-regional dan
regional.Program ini Program membantu negara-negara anggota untuk meningkatkan
lingkungan investasimereka, meningkatkan daya saing usaha kecil, mikro dan
menengah dan mendorong aliran keuangan untuk bisnis baru dan yang sudah ada.
Program ini juga memberikan kebijakan dan dukungan teknis yang bertujuan untuk
meningkatkan kemitraan publik dan swasta melaluikerjasama dengan
organisasi-organisasi sektor swasta dalam pembangunan ekonomi, perdagangandan
investasi.Beberapa Program Ekonomi yang dilaksanakan PIF adalah Economic
Reform and infrastructure, dan Pacific Islands Trade and Invest.
Economic Reform and infrastructure bekerja memberikan nasihat tentang
kebijakan ekonomi dan pembangunan dengan maksud untuk menggabungkan
prinsip-prinsip tata kelola ekonomi yangsehat ke dalam praktek sehari-hari di
negara-negara anggota. The Programme services the annual meetings of Forum
Economic Ministers (FEMM) yang mendukung pengejaran tata kelola ekonomiyang
baik dengan memberikan kesempatan tahunan bagi negara-negara anggota
untuk mengembangkan kerangka kerja yang sesuai kebijakan ekonomi, dan
berbagi pengalaman antarnegara. Pacific Islands Trade and Invest bertujuan untuk memberikan
fasilitasi ekspor berkualitas tinggi, investasi dan promosi pariwisata
untuk kawasan.
Sebagai bagian dari PIF sekretariat, program ini fokus kepada pengembangan usaha
ekspor dan promosi internasional untuk negara-negaraanggota, dan memberikan
dukungan untuk eksportir di negara-negara kepulauan pasifik. Program ini
dijalankan oleh The Pacific Trade and Investment Commission. Pacific Islands
Trade and Invest memberikan kontribusi pada pembangunan ekonomi
berkelanjutannegara-negara Kepulauan Pasifik dengan menciptakan peluang bagi
eksportir, investor dan stakeholder Pacific Islands Trade and Invest
bekerja dengan eksportir untuk mempromosikan produk dan layanan mereka dan
menarik investasi untuk bisnis Kepulauan Pasifik.
KESIMPULAN
Dapat
diambil kesimpulan dari pembahasan diatas ialah Forum
Kepulauan Pasifik didirikan sebagai
bagian dari program dekolonisasi di
Pasifik, kemudian Forum ini selanjutnya terfokus
pada daerah
perdagangan, isu-isu
ekonomi, pemerintahan, dan keamanan telah menjadi
bagian dari Agenda
Forum. SPF merupakan suatu pengelompokkan
politik di antara negara-negara merdeka di kawasan Pasifik Selatan.
peneglompokkan ini sangat penting sebagai sarana untuk memeproleh posisi tawar
yang kuat dalam berhubungan dengan negara-negara lainnya. Hal ini terutama
ditujukan untuk memperjuangkan kelemahan-kelemahan mereka dalam bidang ekonomi.
Permasalahan pembangunan ekonomi serta masalah-masalah yang berkaitan
denganekonomi menjadi topik utama dalam pembicaraan diantara para pemimpin
negara kawasan tersebut. hal ini tercermin dalam komunike bersama yang
dikeluarkan setiap tahunnya, dimana sebagian besar butir pernyataan komunike
tersebut berkisar pada persoalan ekonomi.
REFERENSI
Hamid,
Zulkipli. 1996. Sistem Politik Pasifik Selatan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Herbert Corkran. 1976. Mini-Bangsa dan Makro-Kerjasama: The Karibia dan
Pasifik Selatan. Washington DC: North American
International.
Greg Fry. 1991. 'Politik Kerjasama Regional Pasifik
Selatan,' di Ramesh Thakur, ed, The. Pasifik Selatan: Masalah, Isu, dan Prospek. New York: Tekan St Martin.
http://www.dfat.gov.au/geo/spacific/regional_orgs/spf.html
http://www.scribd.com/doc/53936089/Peranan-Pacific-Island-Forum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar