Selasa, 14 Januari 2014

Apakah Radiasi Nuklir Jepang Berdampak Buruk Bagi Indonesia?


A.   Latar Belakang

Pasca berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1900an, isu-isu yang mengenai masalah lingkungan hidup mulai diutamakan dalam hubungan internasional. Masyarakat internasional mulai peduli terhadap isu-isu lingkungan seperti sumber daya alam, penipisan lapisan ozon dan global warming, untuk menghadapi isu tersebut masyarakat internasional mencoba  berusaha untuk tidak mengacuhkan dampak-dampak yang diakibatkan dari aktifitas industrialisasi yang marak saat ini.
            Kepedulian akan lingkungan saat ini boleh juga diakibatkan dari berbagai bencana yang menimpa negara Jepang pada tahun 2011 gempa bumi dan tsunami  di Jepang menyebabkan reaktor Nuklir pembakit listrik terbakar dan juga menimbulkan radiasi yang dapat mengancam bagi dunia internasional termasuk di Indonesia.
Reaktor Fukushima Unit 1 sampai 4 termasuk dalam skala 4 dalam INES (International Nuclear and Radiological Event Scale) mengalami kerusakan yang diakibatkan bencana gempa yang dasyat ini. Ini membuat bahaya masih membayangi adanya kecelakaan di sekitar PLTN Fukushima.[1] Gedung reaktor mengalami kerusakan yang cukup parah, termasuk suppression pool (kolam penurun tekanan) dan adanya kebakaran pada gedung reaktor yang berguna untuk menyimpan bahan bakar bekas. Ledakan yang terjadi membuat gas hidrogen terakumulasi, akibat reaksi air dengan selongsong bahan bakar pada suhu tinggi.
Ledakan pada reaktor nomor dua mengakibatkan kurangnya kekuatan struktur pelindung di sekitar reaktor dan meningkatkan resiko kebocoran lebih besar, pernyataan ini dinyatakan oleh Badan Energi Atom Internasional. Tindakan darurat telah dilakaukan para pekerja dengan menggunakan air laut untuk mendinginkan batang bahan bakar nuklir pada reaktor nomor dua dikarenakan sistem pendingin mati minggu lalu akibat gempa dan tsunami yang menghancurkan Jepang timur laut.
Batang-batang bahan bakar itu menjadi teramat panas dan mulai meleleh dan melepaskan radiasi yang sangat tinggi , setelah menguapkan air lewat pendingin lebih cepat dari pada seharusnya. Pada hari Selasa, IAEA juga menyatakan pada kolam penyimpanan batang bahan bakar nuklir  mengalami kebakaran  yang telah terpakai di unit nomor empat PLTN itu, dan bahan radioaktif itu langsung lepas ke udara, dengan tingkat setara 4000 kali sinar X tiap kali orang dipotret dengan sinar itu. [2]
            Peningkatan terus terjadi pada level radiasi akibat ledakan di fasilitas nuklir Fukushima Daiichi. Peningkatan radiasi ini kemungkinan berpotensi mencapai Kota Tokyo serta membahayakan kesehatan warga. Radiasi ini juga meningkatkan kekhawatiran pemerintah berbagai negara. Beberapa negara, seperti China, Rusia, Jerman, Malaysia, Singapura, dan Thailand  mengambil langkah untuk mengantisipasi penyebaran radiasi nuklir Jepang ini.
           
Negara-negara sudah mulai mengantisipasi dan mengetes ulang makanan dan minuman yang diimpor dari Jepang. Banyak macam tindakan mereka lakukan untuk mengurangi kekhawatiran oleh radiasi ini seperti mengevakuasi warga negaranya dari zona tak aman hingga pemeriksaan terhadap makanan yang diimpor dari Jepang.

Bahan radioaktif dari Jepang dikatakan sudah sampai ke negara Malaysia. Apakah radiasi itu menyeberang ke Indonesia? Ini dinyatakan dari laporan Kementerian Ilmu, Teknologi dan Inovasi (MOSTI), bahan radiasi itu diterbangkan oleh angin yang bertiup ke arah barat dan selatan, sehingga bisa sampai ke Malaysia. "Bahan radioaktif ini telah menyerang ke Malaysia dan sudah bercampur tetapi kami akan memonitor situasi," kata Liow (Menteri Kesehatan Malaysia) kemarin, seperti dikutip The Star.[3]

        B. Tinjauan Teoritis
            Adanya Ketertarikan terhadap lingkungan, membuat adanya efek positif pada tahun 1960an. Buku yang dikarang oleh Rachel Carson sewaktu itu membuat pengaruh besar berjudul Silent Spring (1962).[4] Sesaat dimulainya revolusi industri lingkungan dianggap merupakan hal yang sangat penting. Di karenakan, pada saat revolusi industri produksi meningkat sehingga akan berdampak pula pada peningkatan penggunaan sumber daya alam dan banyaknya penggunaan sumber daya itu berlawanan dengan kepedulian lingkungan hidup. Di dalam tulisannya pada buku Silent Spring ini mulai mengupayakan manusia untuk ‘hidup dengan alam’ dengan tidak merusak alam tersebut. Dengan banyak nya bencana membuat manusia mulai memikirkan kepedulian akan lingkungan.
           
            Pada tulisan mengenai bencana yang menimpa negara Jepang pada tahun 2011 menyebabkan reaktor Nuklir pembakit listrik terbakar dan juga menimbulkan radiasi yang dapat mengancam bagi dunia internasional termasuk di Indonesia, menggunakan perspektif Green Thought. Disini Green Thought menekankan perubahan radikal dengan membentuk organisasi sosial politik dikarenakan banyak hal-hal buruk yang banyak dilakukan manusia saat ini semacam konsumerisme, eksploitasi alam, serta penindasan kelompok sosial tertentu dan menuntut untuk kepedulian lingkungan hidup hidup manusia. Green Tought menolak pandangan antroposentris dilihat dari masalah lingkungan murni dari sisi kemanusiaan (human-centered). Green Tought lebih setuju kepada ekosentris yang berusaha untuk mengutamakan  dan mempriotaskan sifat-sifat alam. Green Thought mengatakan krisis lingkungan ini perlu disesuaikan saat  menjelaskan hubungan antara manusia dan alam. Adanya banyak pilihan-pilihan oleh Green Thought  pada pandangan-pendangannya mengenai hubungan antara kehidupan manusia dengan lingkungan hidup dunia.
Green Tought tidak menyetujui adanya pembangunan yang lebih menjunjung tinggi pertumbuhan ekonomi daripada kualitas lingkungan hidup. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan banyaknya pembangunan di sisi lain malah memperburuk kondisi lingkungan sekitarnya, walaupun pembangunan memang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan ekonomi pada suatu Negara. Oleh sebab itu Green Tought ini menekankan para aktor pembangunan dari negara-negara yang mempriotaskan pertumbuhan ekonomi agar lebih memperhatikan dampak dari perbuatannya terhadap aspek lingkungan bagi masa depan dunia internasional.
            Kehidupan manusia mulai diganggu dengan meledak nya reaktor nuklir Jepang yang menyebabkan radiasi yang berbahaya. Ini yang dirasakan oleh negara Indonesia, kekhawatiran negara Indonesia terhadap radiasi nuklir Jepang ini membuat masyarkat pun panik. Kekhawatiran lain yang timbul adalah kemungkinan terpaparnya makanan dan minuman  yang diimpor dari Jepang oleh radiasi nuklir, ini membuat pemerintah Indonesia bertindak cepat mengatasi masalah ini.
Apabila manusia terkena radiasi pada dosis yang cukup tinggi akan dapat membunuh seketika. Pada Dosis akut yang lebih rendah, jarang menyebabkan bahaya langsung bagi kehidupan seseorang, namun dengan jauhnya jarak antara Indonesia dengan Jepang tidak akan berdampak buruk bagi masyarakat Indonesia.
Sudah ditegaskan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir bahwa Indonesia aman dari bahaya radiasi nuklir Jepang. Bahaya radiasi nuklir  hanya dalam radius 20-30 kilometer dari reaktor Nuklir di Jepang. "Kedaruratannya bersifat lokal tidak lingkup negara. Jadi masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir akan adanya radiasi nuklir," kata Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) As Natio Lasman.[5]
Jumlah Kata 1016
DAFTAR PUSTAKA
Steans, Jill dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar




[1] Tiara. Bahaya Radiasi Nuklir Jepang http://www.tiaraantik.com/hot-news/bahaya-radiasi-nuklir-jepang.html. pada tanggal 29 Mei 2012

 [2]Karodal.  Radiasi Nuklir Jepang. http://karodalnet.blogspot.com/2011/03/radiasi-nuklir-jepang.html. Pada tanggal 29 Mei 2012
[3] Dikutip dari Radiasi Nuklir Jepang Mendekati Indonesia?. http://www.tempo.co/read/fokus/2011/03/31/1812/Radiasi-Nuklir-Jepang-Mendekati-Indonesia. Pada tanggal 29 Mei 2012

[4] Steans, Jill and Pettiford, Lloyd & Diez, Thomas, 2005. Introduction to International Relations, Perspectives & Themes, 2nd edition, Pearson & Longman, Chap. 8, pp. 203-228.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar