A.
Latar
Belakang
Keamanan dan perdamaian sangat erat hubungannya. Keamanan sebuah
Negara sangat diperlukan. dalam Hubungan Internasional, ketika keamanan
tersebut berguna untuk memastikan keberlangsugan hidup suatu Negara dalam
sistem internasional. Kebanyakan negara-
negara yang tidak mampu menjamin keselamatan negara mereka sendiri dengan
kekurangan kekuatan militer mereka, dengan perimbangan kekuasaanlah mereka
merasa aman dalam hubungan internasional.[1]
Sehingga program nuklir Korea utara
menjadi isu utama keamanan dalam hubungan internasional. Dengan begitulah Korea
Utara mengembangkan senjata nuklir, dengan alasan untuk menjaga stabilitas
keamanan rejim Korea Utara dan juga menganggap Amerika sebagai musuh besar
mereka yang dapat mengancam mereka.
Amerika pun mengganggap Korea Utara
sebagai Negara pendukung teroris, dan Washington mengembargo ekonomi pyonyang.
Dengan adanya ketakutan Korea sebagai sasaran gempuran Amerika, Korea Utara
bersikeras dalam pengembangan senjata nuklir, dengan adanya program nuklir lah
Amerika tidak dapat memprovokasi militer terhadap Korea Utara. Keamanan Korea
Utara dengan adanya senjata nuklir dapat meninggkatkan motivasi Amerika untuk
memperbaiki hubungan dengan Korea Utara.
Terdapatnya senjata nuklir di Korea utara, membuat membawa Amerika goyah dan lebih
menuju ke arah meja
negosisasi dan juga sebagai alat menjamin
keamanan negaranya.
Dengan adanya upaya diplomasi tersebut, Korea Utara diuntungkan
dalam bidang ekonomi
seperti bantuan pangan. Korea Utara dahulu pada tahun 1990-an sangat bergantung pada bantuan pangan
internasional dan sebagian besar penduduk hidup dari jatah makanan tersebut. Bencana
kelaparan terjadi di Korea Utara yang
membuat jutaan rakyat nya meninggal dunia.
Para analis menyatakan
bahwa Korea Utara saat ini menghadapi kekurangan padi-padian 700.000 ton dan
tidak dapat memberi makanana untuk keberlangsungan hidup rakyat-rakyatnya.[2]
Setelah
melalui perdebatan yang panjang, kesepakatan datang menyusul pembicaraan antara
para diplomat Amerika dan Korut di Beijing, China. Selain membawa ketenangan
dalam suasana konflik ketegangan nuklir di Korea, moratorium uji coba nuklir
itu juga diharapkan akan mengawali kembali perundingan enam negara (Amerika
Serikat, Rusia, China, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan) yang sempat
terkendala. Sebab, semasa Kim Jong-il, perundingan enam negara untuk mengurai
sengketa nuklir itu berulang kali terlempar ke pojok kebuntuan.
Kemungkinkan kesepakatan itu
dilanjutkannya kembali pada perundingan enam negara mengenai krisis nuklir Korea Utara yang sudah lama terhenti. Moratorium nuklir itu
juga merupakan langkah yang baik dengan
menuju denuklirisasi Semenanjung Korea secara damai. Disisi lain, upaya yang
dilakukan Pyongyang yang
mengutamakan pada persoalan krisis pangan bagi
warganya merupakan proses politik
yang harus diprioritaskan
oleh dunia internasional dengan cepat. .
Dewasa
ini, Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Victoria Nuland
mengatakan Pyongyang sepakat melakuan moratorium terkait program nuklir, Ia
menambahkan Korea Utara akan mengizinkan pengawas nuklir PBB memeriksa reaktor
nuklir di Yongbyon guna memastikan reaktor memenuhi standar yang ditetapkan dengan imbalan bantuan pangan seberat 240 ribu
ton dari Amerika Serikat , dan bisa bertambah lagi sesuai kebutuhan Korea
Utara.[3]
Dengan begitu Amerika tidak lagi
merasa terancam dengan adanya program nuklir Korea Utara yang dapat menganggu
stabilitas keamanannnya. Apabila senjata nuklir itu jatuh ke tangan teroris , maka serangan mereka
itu akan menjadi ancaman keamanan amat serius. Perolehaan senjata nuklir oleh
Korea Utara dimana Amerika telah menamakannya sebagai negara pendukung teror,
bisa dianggap Wahington sebagai ancaman keamanan serius .
B.
Tinjauan
Teoritis
Keamanan regional suatu Negara
bercerita mengenai keberlangsungan hidup suatu Negara. Dengan ini Korea Utara
membeli atau memproduksi senjata tambahan untuk meningkatkan kekuatan
militernya, yaitu dengan program nuklirnya. Hal itu disebabkan oleh adanya
suatu kelaziman bahwa negara lawan selalu memiliki kecenderungan untuk
mengambil asumsi terburuk yakni negaratersebut meningkatkan kemampuan
pertahanannya untuk tujuan menyerang (offensif realisme ). Dan
menyebabkan Security dillema umumnya bekerja pada suatu kondisi yaitu ketika
kebijakan keamanan suatu negara untuk meningkatkan kekuatan pertahanannya yang
murni ditujukanuntuk self defense seringkali ditanggapi oleh negara lawan
sebagai tujuan yang ofensif. Untuk
menganalisa tentang fenomena nuklir Korea Utara dan dampaknya terhadap
stabilitas keamanan tulisan ini menggunakan teori keamanan regional dan Security
Dilemma.
Bagi kaum realis, dalam
hubungan internasional, keamanan terkait dengan Negara dan Negara tersebut
lebih akan aman pada tingkatan ketika Negara tersebut bias memastikan keberlangsungan hidupnya dalam
system internasional. Keamanan regional merupakan keadaan yang sangat penting
untuk diciptakan mengingat posisinya dalam dua hal. Pertama, sebagai elemen
pembentuk keamanan internasional ataupun konflik internasional.[4]
Dengan adanya saling berhubungan antar region tersebut
maka negara-negara atau aktor lain di luar region sehingga interaksi tersebut menimbulkan
potensi konflik. Oleh sebab itu, keamanan regional merupakan hal pertama yang
perlu diupayakan demi terciptanya stabilitas internasional. Kedua, keamanan
regional sangat berhubungan dan mempengaruhi keamanan nasional negara yang
terletak di dalam region yang bersangkutan.[5] Region
atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki
kedekatangeografis karena berada dalam satu wilayah tertentu.[6]
Walaupun demikian, kedekatan
geografis saja tidak cukup untuk menyatukan negara dalam satu kawasan. Hettne
danSoderbaun mengemukakan bahwa kedekatan geografis tersebut perlu didukung
adanya kesamaan budaya, keterikatan sosial dan sejarah yang sama.[7] Dengan demikian, syarat terbentuknya
satu kawasan dapat terpenuhi secara geografis dan struktural. Dengan logikaini,
maka seharusnya semua kawasan di dunia dapat menjadi sekumpulan negara yang mendeklarasikan
diri mereka sebagai satu kawasan yang sama. Namun pada kenyataannya,tidak semua
kawasan memiliki intensitas interaksi dan kemajuan yang sama antara satu kawasan dengan yang lainnya.
Perspektif realis
memandang bahwa masalah keamanan regional tidak dapat disatukan meskipun
mereka memiliki kepentingan yang sama. Hal ini membuat membuat
kerjasamadiantara negara-negara dalam satu regional sulit untuk dijalankan
karena tidak adanya salingkepercayaan antar negara dalam kawasan. Perspektifr realis
meyakini bahwa negara tidak boleh bergantung pada negara lain,
sehingga self-help´ merupakan menunjang stabilitas keamanan suatu negarai .Jika memandang dengan perspektif ini,
maka integrasi kawasan tidak akan pernah terwujud. Bahkan ide mengenai
kerjasama kawasan dan pemeliharaan keamanan regional secara bersam-sama
merupakan hal yang tidak masuk akal.
Selanjutnya para pembuat kebijakan
menurut kaum realis, harus mengusahakan kekuasaan bagi Negara mereka. Disisi
lain, hal tersebut mengundang adanya konflik dan menimbulkan perang, mereka
menganggap dengan adanya institusi-institusi dapat tertarik menjalin kerjasama,
itu adalah hal yang bodoh dan berpotensi gagal. Setelah memusatkan perhatian
pada keamanan dan konflik, kaum realis menganggap kerjasama menjadi focus
kedua. Kerjasama internasional itu penting apabila hanya ketika kerjasma
tersebut menguntungkan Negara-negara yang terlibat, seperti halnya antara Korea
Utara dan Amerika Serikat yang saling menguntungkan satu sama lainnya.
Penjelasan di atas lebih menenkankan
mengapa Amerika ingin mencegah program nuklir Korea Utara. Dengan adanya
munculnya kesepakatan bantuan makanan atau pangan dari kedua Negara tersebut,
Nuland berpendapat bahwa Amerika Serikat masih
sangat prihatin atas tindakan Korea Utara dalam berbagai bidang, namun
pengumuman hari ini menunjukkan bahwa ada kemajuan penting dalam menangani masalah-masalah
ini, Ia mengatakan Amerika Serikat memastikan bahwa Washington tidak memiliki
itikad buruk terhadap Korea Utara dan bahwa negara itu "siap untuk
mengambil langkah meningkatkan hubungan bilateral dengan semangat saling
menghargai dan persamaan."[8]
DAFTAR
PUSTAKA
Steans, Jill dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan
Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Philips, Jack. Korut Setuju akan Moratorium Nuklir Ditukar Makanan.
Daikses dari: http://erabaru.net/internasional/35-internasional/29642-korut-setuju-akan-moratorium-nuklir-ditukar-makanan-.
Pada tanggal 19 Maret 2012
[1] Jill Steans dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan
Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[2] Jack Phillips. Korut
Setuju akan Moratorium Nuklir Ditukar Makanan. http://erabaru.net/internasional/35-internasional/29642-korut-setuju-akan-moratorium-nuklir-ditukar-makanan-. Pada tanggal 19
Maret 2012
[3] Diaksesdari:http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/02/120229_nkoreanuclear.shtml. Korea Utara sepakat moratorium nuklir. Pada
tanggal 19 Maret 2012
[4] Kriesberg,Louise. Regional
Conflicts in the Post-Cold War Era : Causes, Dynamics, and Modes of Resolution.´ 1994. p.155.
[5] Buzan, Barry.People,
States, and Fear: An Agenda for International Security Studies in Post-Cold war
era. London :Pinter. P187
Tidak ada komentar:
Posting Komentar