Selasa, 14 Januari 2014

Upaya Diplomasi Amerika Serikat dengan Korea Utara dalam menghadapi krisis nuklir Korea Utara


A.   Latar Belakang
Keamanan dan perdamaian  sangat erat hubungannya. Keamanan sebuah Negara sangat diperlukan. dalam Hubungan Internasional, ketika keamanan tersebut berguna untuk memastikan keberlangsugan hidup suatu Negara dalam sistem internasional. Kebanyakan  negara- negara yang tidak mampu menjamin keselamatan negara mereka sendiri dengan kekurangan kekuatan militer mereka, dengan perimbangan kekuasaanlah mereka merasa aman dalam hubungan internasional.[1]

Sehingga program nuklir Korea utara menjadi isu utama keamanan dalam hubungan internasional. Dengan begitulah Korea Utara mengembangkan senjata nuklir, dengan alasan untuk menjaga stabilitas keamanan rejim Korea Utara dan juga menganggap Amerika sebagai musuh besar mereka yang dapat mengancam mereka.
           
            Amerika pun mengganggap Korea Utara sebagai Negara pendukung teroris, dan Washington mengembargo ekonomi pyonyang. Dengan adanya ketakutan Korea sebagai sasaran gempuran Amerika, Korea Utara bersikeras dalam pengembangan senjata nuklir, dengan adanya program nuklir lah Amerika tidak dapat memprovokasi militer terhadap Korea Utara. Keamanan Korea Utara dengan adanya senjata nuklir dapat meninggkatkan motivasi Amerika untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Utara.

            Terdapatnya senjata nuklir di Korea utara, membuat membawa Amerika goyah dan lebih menuju ke arah meja negosisasi dan juga sebagai alat menjamin keamanan negaranya. Dengan adanya  upaya diplomasi tersebut, Korea Utara diuntungkan dalam bidang ekonomi seperti bantuan pangan. Korea Utara dahulu pada tahun 1990-an sangat bergantung pada bantuan pangan internasional dan sebagian besar penduduk hidup dari jatah makanan tersebut. Bencana kelaparan  terjadi di Korea Utara yang membuat jutaan rakyat nya meninggal dunia. Para analis menyatakan bahwa Korea Utara saat ini menghadapi kekurangan padi-padian 700.000 ton dan tidak dapat memberi makanana untuk keberlangsungan hidup rakyat-rakyatnya.[2]
            Setelah melalui perdebatan yang panjang, kesepakatan datang menyusul pembicaraan antara para diplomat Amerika dan Korut di Beijing, China. Selain membawa ketenangan dalam suasana konflik ketegangan nuklir di Korea, moratorium uji coba nuklir itu juga diharapkan akan mengawali kembali perundingan enam negara (Amerika Serikat, Rusia, China, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan) yang sempat terkendala. Sebab, semasa Kim Jong-il, perundingan enam negara untuk mengurai sengketa nuklir itu berulang kali terlempar ke pojok kebuntuan.
Kemungkinkan kesepakatan itu dilanjutkannya kembali pada perundingan enam negara mengenai krisis nuklir Korea Utara yang sudah lama terhenti. Moratorium nuklir itu juga merupakan langkah yang baik dengan menuju denuklirisasi Semenanjung Korea secara damai. Disisi lain, upaya yang dilakukan Pyongyang yang mengutamakan pada persoalan krisis pangan bagi warganya merupakan proses politik yang harus diprioritaskan oleh dunia internasional dengan cepat. .
Dewasa ini, Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Victoria Nuland mengatakan Pyongyang sepakat melakuan moratorium terkait program nuklir, Ia menambahkan Korea Utara akan mengizinkan pengawas nuklir PBB memeriksa reaktor nuklir di Yongbyon guna memastikan reaktor memenuhi standar yang ditetapkan  dengan imbalan bantuan pangan seberat 240 ribu ton dari Amerika Serikat , dan bisa bertambah lagi sesuai kebutuhan Korea Utara.[3]

            Dengan begitu Amerika tidak lagi merasa terancam dengan adanya program nuklir Korea Utara yang dapat menganggu stabilitas keamanannnya. Apabila senjata nuklir itu  jatuh ke tangan teroris , maka serangan mereka itu akan menjadi ancaman keamanan amat serius. Perolehaan senjata nuklir oleh Korea Utara dimana Amerika telah menamakannya sebagai negara pendukung teror, bisa dianggap Wahington sebagai ancaman keamanan serius . 

B.   Tinjauan Teoritis
Keamanan regional suatu Negara bercerita mengenai keberlangsungan hidup suatu Negara. Dengan ini Korea Utara membeli atau memproduksi senjata tambahan untuk meningkatkan kekuatan militernya, yaitu dengan program nuklirnya. Hal itu disebabkan oleh adanya suatu kelaziman bahwa negara lawan selalu memiliki kecenderungan untuk mengambil asumsi terburuk yakni negaratersebut meningkatkan kemampuan pertahanannya untuk tujuan menyerang (offensif realisme ). Dan menyebabkan Security dillema umumnya bekerja pada suatu kondisi yaitu ketika kebijakan keamanan suatu negara untuk meningkatkan kekuatan pertahanannya yang murni ditujukanuntuk self defense seringkali ditanggapi oleh negara lawan sebagai tujuan yang ofensif. Untuk menganalisa tentang fenomena nuklir Korea Utara dan dampaknya terhadap stabilitas keamanan tulisan ini menggunakan teori keamanan regional dan Security Dilemma.

Bagi kaum realis, dalam hubungan internasional, keamanan terkait dengan Negara dan Negara tersebut lebih akan aman pada tingkatan ketika Negara tersebut  bias memastikan keberlangsungan hidupnya dalam system internasional. Keamanan regional merupakan keadaan yang sangat penting untuk diciptakan mengingat posisinya dalam dua hal. Pertama, sebagai elemen pembentuk keamanan internasional ataupun konflik internasional.[4]

Dengan adanya  saling berhubungan antar region tersebut maka negara-negara atau aktor lain di luar region sehingga interaksi tersebut menimbulkan potensi konflik. Oleh sebab itu, keamanan regional merupakan hal pertama yang perlu diupayakan demi terciptanya stabilitas internasional. Kedua, keamanan regional sangat berhubungan dan mempengaruhi keamanan nasional negara yang terletak di dalam region yang bersangkutan.[5] Region atau kawasan diartikan sebagai sekumpulan negara yang memiliki kedekatangeografis karena berada dalam satu wilayah tertentu.[6]

Walaupun demikian, kedekatan geografis saja tidak cukup untuk menyatukan negara dalam satu kawasan. Hettne danSoderbaun mengemukakan bahwa kedekatan geografis tersebut perlu didukung adanya kesamaan budaya, keterikatan sosial dan sejarah yang sama.[7] Dengan demikian, syarat terbentuknya satu kawasan dapat terpenuhi secara geografis dan struktural. Dengan logikaini, maka seharusnya semua kawasan di dunia dapat menjadi sekumpulan negara yang mendeklarasikan diri mereka sebagai satu kawasan yang sama. Namun pada kenyataannya,tidak semua kawasan memiliki intensitas interaksi dan kemajuan yang sama antara satu kawasan dengan yang lainnya.

Perspektif realis memandang bahwa masalah keamanan regional tidak dapat disatukan meskipun mereka memiliki kepentingan yang sama. Hal ini membuat membuat kerjasamadiantara negara-negara dalam satu regional sulit untuk dijalankan karena tidak adanya salingkepercayaan antar negara dalam kawasan. Perspektifr realis meyakini bahwa negara tidak  boleh bergantung pada negara lain, sehingga self-help´ merupakan menunjang stabilitas keamanan suatu negarai .Jika memandang dengan perspektif ini, maka integrasi kawasan tidak akan pernah terwujud. Bahkan ide mengenai kerjasama kawasan dan pemeliharaan keamanan regional secara bersam-sama merupakan hal yang tidak masuk akal.

            Selanjutnya para pembuat kebijakan menurut kaum realis, harus mengusahakan kekuasaan bagi Negara mereka. Disisi lain, hal tersebut mengundang adanya konflik dan menimbulkan perang, mereka menganggap dengan adanya institusi-institusi dapat tertarik menjalin kerjasama, itu adalah hal yang bodoh dan berpotensi gagal. Setelah memusatkan perhatian pada keamanan dan konflik, kaum realis menganggap kerjasama menjadi focus kedua. Kerjasama internasional itu penting apabila hanya ketika kerjasma tersebut menguntungkan Negara-negara yang terlibat, seperti halnya antara Korea Utara dan Amerika Serikat yang saling menguntungkan satu sama lainnya.
            Penjelasan di atas lebih menenkankan mengapa Amerika ingin mencegah program nuklir Korea Utara. Dengan adanya munculnya kesepakatan bantuan makanan atau pangan dari kedua Negara tersebut, Nuland berpendapat bahwa Amerika Serikat masih sangat prihatin atas tindakan Korea Utara dalam berbagai bidang, namun pengumuman hari ini menunjukkan bahwa ada kemajuan penting dalam menangani masalah-masalah ini, Ia mengatakan Amerika Serikat memastikan bahwa Washington tidak memiliki itikad buruk terhadap Korea Utara dan bahwa negara itu "siap untuk mengambil langkah meningkatkan hubungan bilateral dengan semangat saling menghargai dan persamaan."[8]

           

DAFTAR PUSTAKA
Steans, Jill dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


[1] Jill Steans dan Llyod Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

[3] Diaksesdari:http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/02/120229_nkoreanuclear.shtml. Korea Utara sepakat moratorium nuklir. Pada tanggal  19 Maret 2012

[4] Kriesberg,Louise. Regional Conflicts in the Post-Cold War Era : Causes, Dynamics, and Modes of Resolution.´ 1994. p.155.

[5] Buzan, Barry.People, States, and Fear: An Agenda for International Security Studies in Post-Cold war era. London :Pinter. P187

[6] Snyder, Craig A. Contemporary Security and Strategy´ . Palgrave : Macmillan. 2008.p228.

[7] Hettne,B. and Soderbaun. Theorizing the R ise of R egionnes´. London : Routledge. 2002. p.39


[8] Diakses dari:http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/02/120229_nkoreanuclear.shtml. Korea Utara sepakat moratorium nuklir. Pada tanggal  19 Maret 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar